Sabar jadi bisa….

Bisa menyetir di usia matang dibanding remaja…itu banyak nilai plus dibanding minusnya loh. Plusnya adalah : sabaaar kalau didului kendaraan lain…sabar kalau macet…sabar juga kalau diklaksonin…..sabar bila didepannya pengemudi motor sibuk kasih lampu belok kiri tapi belok ke kanan…sabar bila jalur berkendara diambil oleh arah yang berlawanan…sabar bila dipepet angkot atau motor …sabar kalau selalu dipotong oleh polisi gopek dipengkolan….sabar kalau ada anak-anak yang menyebrang jalan dengan berlari dan tiba-tiba…dan sabar saja kalau tiba-tiba motor nongol mendadak di mulut gang. Masih banyak kesabaran-kesabaran lainnya.

Kalau minusnya sih sebenernya cuma rasa takut saja. Kadangkala rasa takut ini yang menghambat untuk cepat bisa. Akhirnya setelah biasa..banyak nilai minus yang bisa saya hadapi dengan baik. Hanya saja saya belum berani melaju di jalan tol. Entah kenapa…kok rasanya melihat mobil was-wis-wus dengan kecepatan tinggi itu bikin deg-deg an.

Mau tidak mau rute baru saat ini harus melalui jalan tol….saat pertama kali mencoba…wong baru masuk dan bayar tol…saking grogi malah ambil jalur keluar tol…pyuuuih….keringatan deh. Mencoba lagi…walau dengan kecepatan minimum untuk jalan tol dan selalu di jalur kiri…lama-lama yaaa lumayan lah kemajuan saya di jalan tol. Mission accomplished…bisa mengantar dan menjemput anak-anak dengan aman dan nyaman.

Alarm dari mesjid

Sering kali jadi pembicaraan saya dan suami..kok bisa nyaman sih tinggal di dekat mesjid. Membayangkan paling tidak siang….sore…malam… dan subuh pasti tergaung-gaung suara adzan. Dulu..saat anak-anak menginap atau kami menginap di rumah mertua…kami selalu mengeluh….”Aduh…berisik banget yaaaa”. Mertua menanggapi dengan senyuman saja.

Puluhan tahun tinggal di komplek perumahan yang mayoritas non muslim…jauh sekali dari suara adzan…bahkan tak pernah merasakan gegap gempitanya malam takbiran…Tidur malam sangat lelap…bila harus bangun pagi kami memasang alarm, supaya tidak kebablasan.

Dan… bila akhirnya kami harus tinggal di rumah yang dekat dengan mesjid…saya sudah membayangkan ketidaknyamanan yang akan kami alami. Awalnya memang terganggu..apalagi saat kami pindah di saat menjelang Hari Raya Idulfitri….malam itu adalah malam terpanjang…suara takbiran tak henti-henti sampai pagi…dan berlanjut lagi adzan Jumat karena kebetulan jatuh  di hari Jumat.

Dengan berjalannya waktu….kami akhirnya terbiasa….hidup di dekat mesjid tidaklah seburuk yang kami duga…tidur malam seperti biasa….malah adzan subuh adalah alarm saya untuk bangun  lebih pagi dari tempat terdahulu…sehingga saya bisa menyiapkan keperluan anak-anak tanpa terburu-buru, dan mereka bisa berangkat lebih pagi karena jarak sekolah yang cukup jauh.

Ternyata mesjid tidak hanya menggaungkan adzan….kadang kala digunakan untuk pengumuman bagi warga setempat…pengumuman untuk berita dukacita…bagi saya ini adalah alarm kehidupan buat saya….saya tulis khusus buat saya karena saya biasa dengan ketidak sabaran dan sering terburu-buru…..Mengingatkan bahwa hidup akan ada akhirnya….karena itu nikmatilah hidup…syukuri yang ada…bila masih bisa berbuat baik ya usahakan…

Waktu menunggu yang kutunggu

Di tempat yang baru ini…waktu saya untuk menunggu anak-anak pulang sekolah di tempat parkir lebih panjang dibanding sekolah terdahulu…,saya harus datang lebih pagi karena jarak rumah yang cukup jauh dan juga untuk mendapatkan posisi parkir yang gampang dijangkau oleh anak-anak. Kadang tiga sampai empat jam waktu ngetem saya di parkiran. Setelah jam pulang si adik …masih lanjut menunggu jam pulangnya kakak yang bisa dua atau tiga jam lagi….Rasanya buang-buang waktu banget yah? Begitulah yang saya rasakan…

Rasa capek dan bosan saya itu sih tidak seberapa…yang saya pikirkan adalah si adik yang juga harus ikut menunggu berjam-jam…..karena kalau kami pulang dulu ke rumah…toh baru sampai rumah saya harus menjemput lagi…dan si adik toh harus ikut lagi..tidak mungkin ditinggal sendirian. Dengan kondisi ini adik tidak mengeluh, walau terlihat jelas rasa capek diwajahnya.Di saat menunggu tersebut…adik mengerjakan banyak hal…yaitu: makan siang….mengerjakan pekerjaan rumahnya…juga belajar apabila besoknya dia ada ulangan…dan “mengoceh dan mengoceh”.

Waktu menunggu yang cukup lama yang tadinya saya rasakan sebagai “buang-buang energi” ternyata menjadi waktu yang luar biasa antara saya dan adik istilahnya “quality time”…begitu masuk ke mobil…dia tidak pernah berhenti mengoceh…menceritakan banyak kejadian yang dialaminya di sekolah.

Dulu waktu mengobrol kami hanya di malam hari sebelum tidur…kadang saya mendengarkan sambil terkantuk-kantuk karena sudah kelelahan…sekarang saya lebih menyimak…begitu senang bisa mendengarkan semua ocehannya…adik sungguh anak yang periang. Saya mendengar banyak hal baik yang dia dapatkan di tempat baru, teman-teman yang ramah maupun nakal, lucu dan iseng…guru yang lucu dan galak…tentang pelajaran yang disukai dan tidak disukainya…dan bahkan lebih dari itu dia bisa mengemukakan pandangannya tentang hal-hal dulu yang dia rasa baik ternyata setelah mempunyai pembanding di tempat baru …ternyata hal tersebut belum tentu baik..atau sebaliknya….

Sekarang waktu menunggu adalah waktu yang saya tunggu untuk bisa mendengarkan banyak cerita dari  si adik.

Penghujung Tahun 2011

Setiap akhir tahun saya selalu menulis sedikit tentang tahun yang hampir saja berakhir. Hanya sebagai catatan pribadi.

Sudah sering kali saya menyebut diri berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga…yang urusannya banyak di rumah saja dan anak-anak saja…sepanjang tahun ini saya mensyukuri banyak hal yang tidak terpikirkan sebelumnya yang dapat saya lakukan karena profesi saya tersebut.

Buku “HAPPYMOM” yang diterbitkan sendiri…berdasarkan pengalaman-pengalaman pribadi, walaupun bukan buku komersil..dan hanya dibaca oleh beberapa teman saja…sudah memberikan kebahagiaan tersendiri buat saya, yaitu: Anak-anak saya amat menikmati buku tersebut. Khususnya si kakak..di waktu senggangnya ia membaca ulang dan tertawa-tawa mengetahui bahwa banyak hal yang kami lakukan bersama di saat ia balita. Adik menyukainya karena gambar-gambarnya yang lucu….Saya menyisakan dua buku…satu untuk kakak dan satu untuk adik…suatu saat mereka bisa mengenang saya melalui buku tersebut…

Selain itu…akhirnya saya bisa “menyetir”, ada teman yang mengasihani saya karena baru bisa menyetir di usia yang tidak lagi muda dan baru punya SIM. Saya tidak peduli karena mereka mentertawakan saya.  Toh…anak-anak amat bangga terhadap saya…karena akhirnya mereka bisa jalan-jalan yang disetiri oleh mamanya bukan oleh pak taxi atau pak angkot….Terlebih lagi saya bisa mengalahkan ketakutan saya sendiri untuk bisa menyetir.

Selain dua hal tersebut… tentu saja banyak hal yang patut saya syukuri….anak-anak yang bertumbuh dengan baik…suami yang baik….kadang kehidupan rumah tangga naik turun seperti roda yang berputar…tetapi anak-anak dan keluarga adalah hal yang membuat hidup saya ini berarti…saya semakin mensyukuri kehidupan ini…dan mengerti arti hidup saya sebagai ibu dan istri. Menikmati hari demi hari keberadaan hidup ini.

Tidak berharap muluk-muluk di tahun baru…berharap semua baik-baik saja…menjadi manusia yang lebih baik….pikiran yang baik….hati yang baik…dan tingkah laku yang baik…mudah-mudahan…

Selamat Natal dan Tahun Baru 2012

Menyupir

Cukup nyaman berkendaraaan dari angkot ke angkot…dari bus ke bus…di manapun saya berada…saya tidak menemukan kesulitan pergi ke tempat-tempat yang saya tuju. Walau panas maupun hujan…di dalam kota…luar kota..maupun tempat lainnya….saya menikmati sekali…karena memang saya tidak punya kendaraan pribadi…dan saya juga senang melihat ke-aneka ragaman manusia di kendaraan umum tersebut…membuat saya lebih mensyukuri semua berkat yang ada.

Bahkan setelah mempunyai anak-anak pun saya tetap setia dengan kendaraan umum. Mengantar dan menjemput mereka…setelah itu menyeberang jalan berendeng-rendeng…buat saya tidak masalah. Yang akhirnya menjadi masalah buat saya…dan menyadarkan saya bahwa tidak selamanya saya bisa bergantung dengan kendaraan umum..yaitu : tas-tas anak yang amat sangat berat…membawa dua tas seberat karung beras….membuat pinggang rasanya mau patah. Apalagi bila musim hujan…tidak kepalang repotnya membawa tas-tas tersebut serta menggandeng dua anak kecil..plus payung!

Akhirnya dua minggu terakhir ini saya meninggalkan kenyamanan tersebut ….untuk bisa menyupir alias menyetir…. membuang rasa takut di jalanan…karena saya takut dengan motor yang was wis wus…takut juga dengan angkot yang  berhenti sembarangan.Saat belajar menyetir pertama kali…tentu saja saya basah kuyup….dan deg-deg an setengah mati….Perlahan-lahan saya menyakinkan diri sendiri kalau “saya bisa…dan harus bisa”. Dan….akhirnya di umur 41 ini …saya akhirnya baru bisa menyupir…..tidak ada kata terlambat untuk belajar…..

 

 

 

Mata yang berbicara

Merasa sebagai ibu yang “harus” serba bisa…membuat diri amat sangat sibuk sekali…rasanya tidak henti-hentinya pekerjaan rumah…dan di kepala sudah banyak sekali daftar kerja yang harus di lakukan hari per hari. Kadang sampai sibuknya kita lupa tujuan kita sebagai “ibu” bagi anak-anak kita itu apa.

Mereka sering kali bercerita dan berbicara tentang berbagai macam hal….dari yang penting sampai yang tidak pentingpun bagi mereka adalah hal penting….tapi kita tak terlalu memperhatikan….karena kita mendengarkan saat selagi memasak….sambil mencuci piring dan lain sebagainya….bahkan sering kali bila sudah terlalu capek…kita menyuruh mereka untuk diam…..

Beberapa hari kami bertiga…saya, adik dan kakak mengalami sakit yang sama….mau tidak mau saya merem aktifitas harian saya…mengerjakan hal-hal yang penting saja…dan lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur…karena memang tubuh lemah …dan kami pun mengantuk terus….sambil leyeh-leyeh….adik dan kakak walaupun mereka sakit …tak henti-hentinya berbicara…..mengobrol simpang siur tentang banyak hal….barulah aku memperhatikan dengan seksama wajah mereka saat berbicara….tidak hanya mulut yang cuap-cuap…tapi matanya berbinar-binar saat mereka bercerita….matanya pun ikut berbicara dengan serunya….suatu perasaan yang luar biasa bisa mengalami sakit yang indah………

 

Guru = pembimbing…

Bersyukur kalau saya seperti ini karena hasil tempaan sekolah (SMP-SMA) saya dulu….sekolah saya terkenal dengan disiplin tingkat tinggi dan “persatuan” guru-gurunya yang terkenal galak-galak….Ternyata ke galak an mereka itu berdampak cukup positif …Kami lulusan sekolah tersebut menjadi pribadi yang mandiri…tahan segala cuaca…

Di masa kini…saat saya menjadi ibu…apakah saya rela bila anak saya di ajar oleh guru yang galak? Tentu…tidak rela setengah mati….alkisah….si adik yang amat suka bermain piano diajar oleh guru piano yang ternyata cukup galak…awalnya sang guru baik-baik saja….karena adik berkembang dengan baik dalam pelajaran pianonya….semakin lama karena semakin susah ternyata guru pun ikut berkembang menjadi “susah temperamennya”….Saya melihat sendiri dengan mata kepala…saat dia mengajar…suara kencang terdengar sampai ke luar kelas…dan saat saya intip…guru berbicara terus menerus seperti mengejar si adik untuk bermain piano dengan sempurna….

Saya mengenal anak-anak saya dengan baik….si adik bakalan tidak mungkin bermain piano dengan baik…karena dia tipe yang semakin kita marah…dia semakin keras hatinya…dan juga hilang kepercayaan dirinya…sehingga akan mengacaukan semua “ilmu piano nya”….dan saat itu juga si guru makin mengomeli adik….Lalu menangislah adik….Saat itu saya tidak bisa berbuat apa-apa…karena saya menghormati si guru…dan bila langsung saya tegur…sungguh tidak layak….Di rumah barulah saya mendengar cerita adik…..dan akan saya bicarakan dengan si guru tentang perilakunya tersebut….

Beberapa kali saya mendengar cerita teman-teman yang anak-anaknya mendapat guru galak….saya tidak terlalu peduli….Karena tidak menimpa anak saya…saat ini menimpa anak sendiri…memang saya jadi kesal juga….

Apakah menjadi guru harus galak? Saya tidak tahu juga…..di masa kini….anak-anak tumbuh di lingkungan yang sangat kompleks…..untuk mempersiapkan mereka menjadi pribadi yang mandiri bukanlah persoalan gampang….karena itu dibutuhkan guru-guru yang benar-benar pembimbing…bukan hanya galak…yang juga mengerti anak-anak didiknya dengan baik……

Antara Berenang dan Nyemplung

Terbiasa berolahraga renang…karena satu-satunya olahraga yang bikin badan “adem” menular ke dalam hati  jadi adem juga….maka saya dan keluarga selalu menyempatkan acara keluarga yang menyehatkan dengan pergi berenang….

Entah sudah berapa tempat renang yang kami kunjung…baik itu sport club yang jelas-jelas memiliki kolam renang kategori “olimpic” , apartemen saudara yang kolam renangnya cukup menyenangkan hati dan praktis….dan beberapa hotel yang sengaja kami pilih karena memiliki kolam renang saat kami menginap bila liburan….

Cerita tentang kolam renang hotel…sungguh menarik….Karena melihat photo hotel melalui website….maka banyak sekali kejutannya….waktu di Bali…kami terkagum-kagum karena hotelnya memiliki beberapa kolam renang di hotel yang sama…sehingga kami wisata renang dari satu kolam ke kolam lainnya……sedangkan di Bandung …kami mendapatkan kolam renang yang cukup luas dan fun untuk anak-anak sehingga anak-anak tidak mau keluar dan pulang…..Baru-baru ini kami pergi menginap di hotel yang kolam renangnya membuat kami “kagum” juga…karena sungguh kami hanya bisa “nyemplung” alias berendam saja…saking kecil dan benar-benar seperti bak mandi saja….

Walaupun begitu…teryata tidak mengganggu kesenangan anak-anak untuk bermain air…karena mereka juga susah sekali keluar dari bak tersebut….anak-anak tidak melihat bentuknya…yang mereka pikirkan hanya senangnya dan serunya bermain sekeluarga…

Pasar Seni yang sepi

Menengok ke belakang…berpuluh tahun silam…saat mal belum ada …saya dan adik sering di ajak ke Pasar Seni Ancol…bukan karena melihat karya-karya seni…wong saya tidak mengerti apa-apa…tapi rasanya senang sekali dengan keramaian di sana…khususnya malam hari….ada badut…ada panggung musik…bisa makan jagung rebus…dan juga gula kapas berwarna pink itu.

Semasa SMA pun sering pula saya dan teman-teman pergi ke Pasar Seni ….karena sering ada panggung musik antar SMA…melihat anak-anak yang nge”band”…walaupun saya juga tidak terlalu mengerti tentang musik…..tetapi suasana meriah…dan kegembiraan ada di sana….

Rumah kami tidak terlalu jauh dari Ancol…sehingga seringlah kami berlibur ke sana…..beberapa kali memutari Pasar Seni….tidak ada niatan untuk mampir…karena gelap dan sepi….padahal malam minggu. Akhirnya karena penasaran….suatu kali kami mampir ke sana….sungguh…memang sepi…dan sepiiiii…..beberapa pelukis hanya duduk mengantuk….di panggung musik ada yang bernyanyi…tapi penonton hanya belasan kepala saja…..Terus terang sayang sekali….padahal yang namanya seni itu seharusya meriah…..warna-warni…

Saat kami berjalan agak ke dalam kami menengok  ke North Art Space Gallery, saya kagum ada galeri bagus nan dingin di Pasar Seni ini..yang menanmpilkan beberapa bentuk karya seni…..walau saya tetap tidak terlalu mengerti seni…galeri ini cukup memberikan “kesegaran”…baik buat mata dan hati…seni itu memang indah…

Marah dan memaafkan

Beberapa minggu yang lalu pada saat di acara keluarga suami berkumpul….saya sakit hati…Ya memang saya kesal sekali…bukankah jamak saja kalau kita jadi manusia yang pemarah…karena lebih gampang untuk marah…ataupun sakit hati….

Sebenarnya perkara kecil…pada saat anak-anak saya sedang makan, salah satu tantenya yang sangat suka makanan tersebut langsung membawa masuk makanan yang sedang di makan anak saya…padahal makanan tersebut hanyalah bubur….dan tante tersebut sudah berumur 50 tahun lebih….kok ya tidak malu terhadap anak kecil?

Saya kesal…karena sering kali tante tersebut bertingkah laku aneh …istilahnya “jutek”….tanpa alasan. Tapi tidak terlalu saya gubris….baru kali ini saya terganggu….karena ibu-ibu kalau berhubungan dengan anaknya langsung deh terusik egonya…..tidak  bisa berpikir jernih.

Minggu kemarin seperti  biasanya mengisi ulang jiwa ” recharge” ke gereja…isi khotbah..kenapa kita gampang kesal? sakit hati? ….dan susah sekali memaafkan…padahala katanya harus memaafkan sebanyak 77 x 7….Setelah saya  telaah tante tersebut memang sudah kebiasaannya jutek…karena hanya hidup sendiri dan tidak punya anak….jadi harusnya ya”ngertiin”…dan kita lebih menerimanya karena kita diberi banyak “warna” oleh Tuhan…..anak – anak dan keluarga.